Entri Populer

Senin, 04 April 2011

Bacaan akad nikah dalam bahasa Arab

Dalam ijab dan qobul pernikahan, seringnya penghulu (atau siapapun yang mengakadkan) memakai tambahan-tambahan yang sifatnya “tidak wajib”. Namun tambahan apapun yang mereka berikan, tidak akan keluar dari pernyataan di bawah ini:
اَنْکَحْتُكَ وَ زَوَّجْتُكَ مَخْطُوْبَتَكَ …. بِنْتِ …. عَلَی الْمَهْرِ ….
(Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka …. Binti …. alal Mahri ….)
Artinya:
“Aku nikahkan engkau, dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu …. puteri ….. dengan mahar …..”
Itu jika yang mengakadkan orang lain; bukan ayah mempelai perempuan. Namun ayahnya langsung yang menikahkan maka setelah kata “pinanganmu” (مخطوبتك) bisa ditambah dengan dengan kata “puteriku” (بنتي) sehingga menjadi:
اَنْکَحْتُكَ وَ زَوَّجْتُكَ مَخْطُوْبَتَكَ بِنْتِيْ …. عَلَی الْمَهْرِ ….
(Ankahtuka wa Zawwajtuka Makhtubataka Binti …. alal Mahri ….)
Artinya:
“Aku nikahkan engkau, dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu puteriku ….. dengan mahar …..”
Siapapun yang menikahkan, baik ayah mempelai wanita maupun orang lain, maka jawabannya adalah:
قَبِلْتُ نِکَاحَهَا وَ تَزْوِيْجَهَا عَلَي الْمَهْرِ الْمَذْکُوْرِ وَ رَِضِْیتُ بِهِ وَ اللهُ وَلِيُّ التَّوْفِیْقِ
(Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq)
Artinya:
“Aku terima pernikahan dan perkawinannya dengan mahar yang telah disebutkan, dan aku rela dengan hal itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah”

Sabtu, 02 April 2011

La Tahzan

sesungguhnya janganlah kau bersedih dan takut menghadapi kematian, sedang kematian pasti akan terjadi kepada kita, tapi sedih dan takutlah jika kita tak membawa kebaikan pada kematian kita.....LA Tahzan, sesungguhnya Allah SWT menyayangi kita dengan memberi kematian agar kita tak lama-lama berkubang dg dosa dan khilaf.....SUBHANAALLAH.(bersambung)

Sabtu, 19 Februari 2011

Hati Manusia

Sebagai manusia biasa merasa sedih, duka adalah kewajaran karena manusia memiliki hati, apalagi ketika kita tertimpa musibah, sewaktu kita kehilangan seseorang yang kita sayang, kehilangan pekerjaan, seketika itu hati kita merasa bingung, merana dan ada yang sampai putus asa hingga nekat bunuh diri, naudzubillah sebagai seorang yang beriman hal ini jangan sampai terjadi pada kita. Lalu bagaimana kita menyikapi hal ini jika terjadi  pada diri kita, jika kita mau sejenak merenungkan semua ini sebenarnya berkaitan drangan hati karena semua yang kita rasa, kita lihat, akan bermuara di hati, jadi segala sesuatunya yang dirasa sakit, pedih, stres, jengkel akan berlabuh di hati, namun jika hati manusia itu sakit, sakit dalam artian kurang bijaksana dalam menghadapi suatu masalah maka hanya keputus asaanlah yang menjadi jawaban, hati manusia itu seperti ikan yang hidup di laut, apakah ikan yang hidup di laut rasanya asin? Belum tentu, karena ternyata walaupun air laut itu asin, tubuh ikan tidak ikut menjadi asin, mengapa? Jawabanya sederhana, karena ikan itu hidup, coba kalau ikan itu mati, sedikit saja di taburi garam, maka seluruh tubuhnya menjadi asin, jadilah ikan asin yang sangat digemari oleh masyarakat.